SINTAKSIS
Ø
Hakikat/
Pengertian Sintaksis
Sintaksis secara etiomologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya dengan dan ‘tattein’ artinya
menempatkan. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama
kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis yang berasal dari bahasa
Belanda yaitu syntaxsis. Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah syntax.
Secara defenisi pengertian sintaksis
adalah:
- Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat. Misalnya tertib kata atau infleksi
- Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan pemberian penggantian yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure itu.
- Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu sama lainnya sebagai penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat, studi dan ilmu bangun kalimat.
- Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
- Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbale balik antara kata-kata, frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase,
kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang
dalam bentuk kalimat.
Ø Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu
terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan. Menurut
Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur S, P,
O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang
tidak mempunyai arti apa-apa karenan kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu
akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Contoh
kalimat: Nenek melirik
kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek
disi oleh kata nenek yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama
predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba, tempat
kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori
nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi
yang berkategori nomina.
Ø Kata sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata
merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam
tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Kata
sebagai satuan sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsure-unsur pembentuk
satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sebagai
satuan terkecill dalam sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam
penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
Ø Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang
lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam
strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Contoh:
Nenekku
Di pohon
- Ciri-ciri Frasa
Frasa memiliki beberapa ciri yang
dapat diketahui, yaitu :
- Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
- Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
- Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
- Bersifat non-predikatif.
- Jenis-jenis Frasa
1.
Frasa
berdasarkan jenis/kelas kata
- Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3
jenis yaitu :
1.
Frasa
Nomina Modifikatif (mewatasi),
misal : rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan
pertama, dll.
2.
Frasa
Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan),
misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, ', lahir
bathin, dll.
3.
Frasa
Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur
485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol
bangsa Indonesia sejak lama.
- Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata
kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Frasa
Verbal Modifikatif (pewatas),
terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras
sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan,
misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti
membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
2.
Frasa
Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan
menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh
kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya
sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
3.
Frasa
Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang
ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang
kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini
menjadi daerah pertambangan batubara.
- Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata
sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang
berfungsi menerangkan, seperti : agak, dapat, harus, lebih,
paling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
1.
Frasa
Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik
sekali, indah nian, hebat benar, dll.
2.
Frasa
Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap
kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, dll
3.
Frasa
Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh
Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi
daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan.
Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong merupakan unsur utama
kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat tinggalku dulu,
merupakan keterangan tambahan.
- Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan
keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat
baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan
pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang
pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih
kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang
bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih
kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang
tidak menerangkan lebih.
- Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata
ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
1.
Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka
semua, mereka itu, mereka berdua.
2.
Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya
dan dia.
3.
Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang
melawan narkotika.
- Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :
1.
Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi
kurban. b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
2.
Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang
telah dikurbankan. b). Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan
itu.
- Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.
- Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
- Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.
2.
Frasa
berdasarkan fungsi unsur pembentuknya
Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri
dari beberapa macam, yaitu :
- Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :
1.
Frasa
atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya
menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu kandung (DM), tiga
ekor (MD).
2.
Frasa
apositif yaitu frasa yang salah satu
unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola
diterangkan). contoh : Alip si penari ular sangat cantik., kata Alip
posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai
menerangkan (M).
3.
Frasa
koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur
pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh : ayah ibu, warta
berita, dll.
- Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.
3.
Frasa
Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknya
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung
atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa
frasa, yaitu :
1.
Frasa
biasa yaitu frasa yang hasil
pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat :
a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ibu.
2.
Frasa
idiomatik yaitu frasa yang hasil
pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya
(konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari
Jakarta
Ø Klausa
Klausa
merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di
bawah tataran kalimat.
A.
Pengertian
Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat. Dapat juga dikatakan, klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
- Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki
kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa
atau lebih yang tidak saling menerangkan.
Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur.
Keduanya tidak saling menerangkan.
2.
Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi
menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut. Orang itu pindah ke
Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia. Klausa orang itu pindah ke
Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua
suaminya bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa sematan (lazim disebut anak
kalimat).
3.
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga
klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini. Dia pindah ke Jakarta setelah
ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di atas terdiri dari tiga
klausa yaitu. 1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) 2) Setelah ayahnya
meninggal (klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah ke
Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat) Ayahnya
meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
B.
Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.
Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila . Klausa berupa sata dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frasenomina yang juga berlaku sebagai subjek.
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.
Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila . Klausa berupa sata dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frasenomina yang juga berlaku sebagai subjek.
Ø Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan
cara lisan maupun tulisan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih
menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai
berikut:
- Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit;
- Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal,
diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan
kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya,
intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147)
menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. Dalam bahasa lisan diawali
dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru,
Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket. Predikat transitif
disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap. Mengandung
pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan
menurut fungsinya. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
- Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam
sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi
sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa
benda (nomina) dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang,
tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata
bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S
- Predikat
Predikat merupakan unsur yang
membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan
pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
- Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat
yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat
aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat
yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
- Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang
berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur
kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi
oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di
belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada
contoh berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
- Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang
memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan
merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam
kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu
Jenis-jenis
kalimat
- Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasa juga disebut
kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap
bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat
diubah menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi.
- Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan
kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu,
kalau klausanya hanya satu maka disebut kalimat tunggal, kalau klausa dalam
sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut kalimat majemuk
- Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat
minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen
dasar kalimat itu kalau klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya
tidak lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja
maka kalimat tersebut disebut kalimat minor
- Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau
frase yang berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat y6ang
predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal, adverbial,
atau juga numeralia.
- Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat
bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau
dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks
lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraph
atau wacana tanpa bantuan konteks.
Ø
Kesimpulan
Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein
‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis
adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9].
Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur
gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang
termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal
ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frase .”.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-sintaksis-frase-dan-klausa.html
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
Terima kasih
BalasHapusLengkap banget materinya, gampang dimengerti juga
Mantap bermanfaat
BalasHapusLengakap,sangat membantu sekali,mudah dipahami juga . Terimakasih banyak 😊
BalasHapusBermanfaat
BalasHapusMaa Syaa Allah, sangat lengkap. Membantu sekali untuk pembuatan tugas. Izin copas min 🙏
BalasHapus